Antara Ego atau Idealis KOLOT
Malam itu,
tatkala kumerebahkan tubuh
dari pelik duniawi yang kerap kali kukejar
kukirimkan pesan singkat padamu
sekadar memberi kabar bahwa kusudah sampai
Harapku terlalu tinggi
sapaan hangat yang kukira kau balas,
nyatanya semburat kecut
bahkan masam kurasakan kala membaca balasmu
aku tak tahu apa sebabnya
hening.
sejenak kuelus dada
menarik napas dalam-dalam
dan kuembuskan pelan
rupanya hanya sebatas kesalahpahaman belaka
sudah kujelaskan maksud dari semuanya
kau tak juga mengerti.
Kalut.
kami berdua diujung tanduk
Kau yang mempertahankan egomu
dan aku yang mempertahankan idealis
yang kau sebut kolot
Seketika,
malam yang kuharap hangat
dingin
'Sudahi saja!',
begitu balasmu
Menyebut kata itu saja, sulit
namun kau dengan mudah melontarkannya.
Bak diangkat ke langit ketujuh
lalu diempaskannya kembali ke bumi
sakit
perih
patah
dan kau hilang di balik pesan akhirmu
'selamat tinggal dan terima kasih'
Jakarta, 7 Desember 2021
Kala langit malam yang menitihkan airnya.